31 Des 2019

SAJAK AKHIR DI RANTAUAN 2019

merantaui 2019 di kejauhan
menyeraki rindu di kota orang
merantai 2020 di pelukan badan
mengemasi kenang yang datang

tak ada siang-malam yang gagal
dikendalikan tangan Tuhan.
tak ada temu-pisah yang bebal
dijinakkan takdir Tuhan.

memberi - menerima
membagi - menerima lebih
menemani - dimusuhi
mencintai - dibenci

tiap tindak, diganjar
tiap detak, digetar.

Depok, 31/12/19

27 Des 2019

WARUNG SOTO BOYOLALI, DEPOK

dari dalam sebuah warung soto boyolali,
mangkok putih berlogo ayam jago merah iri
karena ia tak sanggup menampung tangis awan
seperti yang dilakukan laut selama ini.

ia kecil, hanya mampu menampung kuah soto
yang disajikan bapak-bapak tua berkumis lengkung
seperti pelangi setelah hujan undur diri.

tapi, bagaimanapun ia tetap bersyukur.
sebab tangis awan terasa asin di wadahi laut,
sementara kuah soto—yang juga dibuat dari tangis
awan—terasa lebih nikmat di wadahinya sendiri.

Depok, 27/12/19

25 Des 2019

TAFSIR DAN KRITIK DI PINGGIR JALAN, STASIUN TEBET

: Dwiky Arsa
di pinggir jalan dekat stasiun itu,
kita pesan dua piring makanan.
berisi nasi yang digoreng dengan
pikiran anak-istri lapar di rumah;
dibumbui rempah yang ditumbuk
dengan tekanan hidup keras
seolah tak pernah ada habisnya.

di bangku kecil dekat gerobak itu,
kita menikmati dua porsi puisi.
berisi jalanan panjang ibu kota,
trotoar kehidupan kita, sampai
gang-gang sempit menuju istana;
dibumbui usik yang ditumbuk
dengan asik deru mesin angkot
dan asap dari cerobong doa
yang tak pernah ada hentinya.

kita menafsir dan mengkritiknya
sekaligus, di tempat umum itu.
sedang orang-orang datang dengan
tafsir dan kritik masing-masing.

Tebet, 25/12/19

24 Des 2019

CUCI MULUT

di sebuah warung pencuci mulut.
ada yang mendekap dinding
yang masih berkulit batu bata—
saling susun-menyusun.
sebuah papan hitam persegi panjang
seukuran cermin kaca di kamar kita
menggantung di sana.
ada tiga baris frasa: yourhate,
makesme, stronger; bencimu
buatku lebih kuat
, terjemah sekenaku.

Cuci Mulut, 24/12/19

23 Des 2019

DI SINI, DI SANA

di sini ruang makin sempit
di sana napas sesak terjepit
udara mengelak hirup
jantung menolak degup

di sini seakan hasrat menetap
di sana pelukan berat mengharap
nada merobohkan iramanya sendiri
rima merebahkan puisi jadi sepi

di mana saja,
mendesak rasa.

Jakarta, 23/12/19


21 Des 2019

UNTUK HIDUP

hidup ini keras, kawan.
seperti gumpalan batu
di kepala kita masing-masing;
hasil endapan pemikiran sampah
bertahun-tahun dijejalkan paksa.

pecahkan saja, kawan.
seperti kuli batu
di gunung-gunung besar;
menguji daya-upaya
bersikeras untuk hidup.

Roemah, 21/12/19

20 Des 2019

UIGHUR KAMI

"Ya Allah, berikanlah kemudahan bagi
saudara-saudara Uighur kami," tulis Khabib.

dan rawat hati mereka,
tumbuhkan sabar yang subur.
libatkan doa-doa yang lebat.
kaitkan pada yang kuat.
dan angkat mereka
pada derajat takwa
yang tinggi.

Jakarta, 20/12/19


19 Des 2019

MEREDAM DEBAR

padaku kau suka mengeluh,
mengapa udara begitu dingin.
sekarang aku ada di dekatmu,
membawakan peluk dari jauh.

padaku kau sering menanya,
kapan hujan deras reda.
sekarang aku ada di sisimu,
membawakan rengkuh dari rantau.

padamu aku selalu meminta,
tunggu aku dengan sabar.
ada jarak harus mengaku kalah,
sementara hati harus meredam debar.

Jakarta, 19/12/19


18 Des 2019

BERITA PENTING TENTANG SNEAKERS YANG BERLUMPUR

"Penajam Paser Utara - Cuaca terpantau hujan

Sedang kami tertimpa lumpur sampai kubur.

Lokasi peninjauan terletak di Kecamatan Sepaku,

Dan payung milik kami tak lagi teduh.
Justru dibuat agar kami tertuduh jadi musuh.

Selain hujan, jalan di lokasi berlumpur.

Harga diri kami mungkin tak semahal sepatu bapak.
Tapi juga tidak bisa dibeli dengan janji-janji manis
yang disulap jadi kartu sakti yang mistis.

Saat melihat pemandangan dari bukit,

Jangan lupa bersihkan kami juga
dari kemiskinan, kezaliman, ketidakadilan,
ketertindasan, kesewenang-wenangan
yang sepertinya memang diagendakan.

Wilayah yang ditinjau Jokowi nantinya

Sedang kami di Tamansari digusur paksa:
hancur rumah-rumah, juga tempurung kepala
beberapa dari kami yang tak bersalah.

"Yang akan dikerjakan terlebih dahulu yaitu

Saran kami: bangun nurani dan akal sehat lebih dulu.
Sebelum mereka tidur dan tak bangun-bangun
untuk selamanya, sampai ibu kota negara
berpindah-pindah ke hutan antah-berantah.

Jakarta, 18/12/19

16 Des 2019

JAM TANGANMU YANG KUNING ITU

dengar detak jam yang kaulingkarkan
pada sebatang tangan kecilmu itu.
ada dialog kita mengabadi di sana.
berputar-melingkar, meski tak tertakar;
berdetik-merintik, meski tak terbisik.

lihat gerak tubuh jam yang meliuk-liuk
pada gelanggang tempat ia berjuang itu.
ada jejak kita tertinggal di sana.
berbekas-menegas, meski tak bebas;
bersikeras-menggegas, meski tak tandas.

perhatikan lagi jam tanganmu yang kuning itu.
ada udara yang belum pernah kita hirup di sana.
ada laut dan langit yang jauh
tak pernah terjangkau oleh mimpi-mimpi kita.

biar ombak mengarak kita pulang.
biar awan menggalang tangis-menepis.

kita seperti ombak yang tak sampai pada tepi.
kita serupa awan yang hanya tertahan pada mendung.

Depok, 16/12/19

14 Des 2019

KE MANA PERGINYA BULAN

sehabis ditusuk ilalang itu,
jatuh bulan di mataku.
air matanya dibuat mandi.
disikat gerigi cahaya remang,
dikeramas kepala gamang.
dan disabun tubuh bimbang.

sehabis kutawarkan sehampar selimut,
berangsur ia menyusut di ujung langit.
ilalang bertanya padaku:
ke mana perginya bulan?
mataku terus menatap langit kosong itu.
ke mana perginya bulan?
ilalang masih bersikeras.
aku dengan langit bersitatap,
lalu dengan pelan menggumam:
barangkali, ia butuh waktu untuk pulih.

Depok, 14/12/19

SEPATU KECIL

sepatu kecil yang hancur dilumat jeruji ban sepeda tua bapak waktu itu, entah bagaimana perasaannya. pasti hatinya kecewa atau sakit seperti hati bapak ketika dagangannya tak ada yang laku setelah seharian berkeliling dari satu gang ke gang lainnya, dari satu pagar sekolah ke pagar sekolah lainnya.

sepatu kecil yang hancur dilumat jeruji ban sepeda tua bapak waktu itu, entah bagaimana pikirannya. pasti harapannya remuk seperti harapan saya saat tahu bahwa hati bapak sakit ketika dagangannya tak ada yang laku setelah seharian berkeliling dari satu gang ke gang lainnya, dari satu pagar sekolah ke pagar sekolah lainnya.

Depok, 14/12/19


13 Des 2019

SEPIHAK

sepi adalah hak—
untuk sendiri.

Jakarta, 13/12/19

MALAM MENYAMAR PAGI

pagimu yang hinggap di jendala kamar kemarin,
sebenarnya bukan pagi yang biasa kautangkap.
pagi kemarin adalah malam yang menyamar pagi.

sekian lama ia merindui sinar mentari
di balik diam yang gelam. ia ingin merasai
sinar mentari itu tumpah di tubuhnya.
ia ingin kuyup dan menyatu bersamanya
dan tidak sekadar melihatnya
dari pantulan tubuh bulan.

Jakarta, 13/12/19

11 Des 2019

MENYAKSIKAN NENEK DIRAMPAS NYAWANYA

menyaksikan nenek dirampas nyawanya di pembaringan,
dibekap infus dan selang-selang menjuntai merangsek daging;
seorang dokter dengan alat kejut listrik yang berkali-kali
didekapkan ke dada nenek yang mengarah ke jantungnya,
beberapa perawat yang merubung. aku lemas, tak terima,
tapi juga tak bisa melawan. seperti orang yang dititipkan
sesuatu padanya, lalu diminta lagi oleh ia yang punya hak.

Jakarta, 11/12/19


9 Des 2019

BULAN YANG KEHILANGAN CAHAYA

subuh tadi, bulan tepar di atas sajadah. semalaman ia begadang keliling kampung sawah. Katanya, ada maling yang mencuri cahaya. tiba-tiba berbagai bintang samar jadi nampak binatang. mendadak rumah-rumah warga yang biasanya penuh disawang dari atas, jadi nampak suwung tidak ada bekas.

sementara bulan terus mencari dengan membawa senter di tangannya. ia mencari ke hutan, ke rawa-rawa, ke atap rumah-rumah, sampai ke langit-langit kamar beberapa warga. tetapi, tetap saja tidak ditemukan, bahkan sekadar jejaknya saja juga tidak ada. hingga di ujung malam, ia menyerah. ia mengambil air wudu dan salat tahajud dengan rakaat yang panjang.

dari matanya, kilau air mengalir membanjir sekujur badan. deras sekali seperti banjir bandang dan hujan lebat yang mengekalkan kenangan. sekali-kali ia menengadah tangan ke langit, tempat biasa ia berjaga. ia ingin hinggap di sana lagi dengan sorot mata yang terang seperti pada mulanya ia naik.

dan Tuhan mengabulkan. Meminjamkan sinar matahari yang terang, agar bulan kembali berjaga di langit malam dengan tenang.

Jakarta, 09/12/19

TAKIR

Esok peringatan maulid Nabi.
Ibu-bapak guru mewanti-wanti
agar kami tak lupa mengenakan busana muslim
dan membawa takir dari rumah.

Pagi-pagi sekali, ibu menanak nasi.
Lauknya pun istimewa:
telor ayam didadar dan mie instan dikecapi.
Dibungkusnya nasi dan lauk itu dengan besek,
lalu takir siap dimasukkan ke dalam kresek.
Berangkatlah kami ke sekolah
dengan riang menari sambil bernyanyi.

Sesampainya di sekolah,
kami dikumpulkan di satu ruang kelas bersama.
Berdoa kepada Allah dan mengirim selawat kepada Nabi.
Merayakan hari bahagia itu
dengan simpul senyum yang amat lugu.
Tanpa gerutu, tanpa malu.

Rampung acara,
takir yang dibawa ditukar dengan takdir.
Dinikmatinya takdir masing-masing itu
dengan lahap tanpa nyinyir.

Depok, 09/12/19

8 Des 2019

PENDATANG BARU

ketika ada seseorang
bertanya kepadamu,
apakah akan selalu kaujawab:
maaf, saya pendatang baru.

sampai kapan terus begitu?

Depok, 08/12/19
*Koba Coffee and Eat

7 Des 2019

JAM DINDING

Jam dinding menggantung di kepala—
detaknya di jantung mengusung udara.

Tiap kali jam dinding yang menggantung
di kepala itu habis daya, kami habis usia—
sampai datang lagi rahmat dan rezeki-Nya.

Depok, 07/12/19

TINGGAL HITUNGAN HARI

Tinggal hitungan hari, aku tidak lagi di sini. Pasti ada banyak hal yang bakal kurindui. Seperti waktu itu, lampu kota yang mati dan lilin yang sulit dicari; peristiwa menemukan tai kucing di atas kasur yang bau sepulang kerja; pencarian makan malam yang ngeri—hanya ada dua pilihan terdekat: nasi goreng atau mie instan yang tidak sehat tapi tetap nikmat; kran air yang bocor, yang semburat mengguyang badan; sumur air yang kering; binatang-binatang hamil yang datang ke kontrakan; Kucing yang liar dan jinak; ayam tetangga yang bertelur di halaman depan, mengerami berhari-hari, hingga menetas dan sekarang oleh induknya sering diajak jalan-jalan tiap pagi—ya, walaupun cuma muter-muter di situ-situ saja; dan pohon rambutan yang tumbuh besar tepat di depan halaman; juga pagar hitam yang diam; serta hal-hal lainnya yang lenyap dan tidak bisa disebutkan dengan nama lagi.

Terakhir, kau adalah hal yang tidak cuma bakal kurindui. Tetapi, kau adalah hal yang juga bakal abadi di tiap detak jantung dan tiap detik jam yang menggantung.

Depok, 07/12/19

MENYENTUH

maaf,
kita bukan
mahram.

Depok, 07/12/19

5 Des 2019

MEDIA SOSIAL, 2

instagram semesta kita,
lini masa galeri foto-foto
ihwal berdua.

facebook rumah kita,
dinding ratapan buku harian
pikiran intim kita.

twitter media siar kita,
papan putih laporan
momen bersama.

Jakarta, 05/12/19

MEDIA SOSIAL, 1

facebook: ada pikiran?
twitter: ada keributan?
tumblr: ada apa saja?
instagram: pamer apa?

Jakarta, 05/12/19

FOTO

kau ibarat foto,
diunggah Tuhan di instagram.
lewat lini masaku—
aku suka. kuketuk hati
berkali-kali, andai bisa.

Jakarta, 05/12/19

4 Des 2019

NYERI

gejolak apa dalam dada.
seperti dering alarm
telepon genggam tak mau diam.
getarnya sampai di ubun-ubun kepala,
jatuh mengusik pikiran,
menjalar ke seluruh badan,
menjadi nyeri-nyeri
yang ngeri.

Jakarta, 04/12/19

3 Des 2019

KANTOR PENERBITAN

: Mas Budi, Mas Didit
di sebuah kantor penerbitan buku
pada malam hari. sepi seperti kuburan.
mendadak buku-buku seperti tumpukan
batu nisan dengan nama-nama orang
yang acak. sementara kami bertiga
seperti mayat hidup yang sibuk
hanya untuk menggambar bentuk
liang kubur, menamai nisan,
dan mendesain tata letak kata
di depan monitor tanpa
pelantang suara di telinga.

Jakarta, 03/12/19

2 Des 2019

FENOMENA ALAM SEBELUM MERANTAU

mendung itu menggumpal di pelupuk mata ibu,
setelah laut di kepalamu meluap
dan menguap ke langit atap.

dan sahutan petir bagai hukum cambuk-deraan
sepasang manusia ingkar merobek kulit,
menjadikan hati ibu cemas nan sakit.

sementara dari arah laut bertiup angin
membawa langkahmu menjauh dari pintu;
juga dari hadapan ibu. seketika mendung
yang menggumpal itu jatuh
menjelma hujan lebat di tebing pipi ibu.

di tikungan badai, ibu melihatmu lenyap
tanpa kata yang mampu meredakan tangis.
berat ibu melepas dekap bagai separuh tubuh
harus rela lumpuh karena sakit yang mengikis.

Depok, 02/12/19

1 Des 2019

TITIMANGSA DESEMBER

desember lahir dan mukim
di bawah teduh puisi yang kautulis—
mulai hari ini sampai sebulan ke depan
—sesudah nama tempat, nama hari,
angka tertanggal, dan sebelum tahun keberapa;
dengan tema apa saja dan di platform mana saja,
ia tersemat. bahkan pada gawai di jam pengingat,
sampai stiky notes yang kaurekat pada halaman
depan laptop hasil endorse-an yang kaudapat;
ia tinggal dan hidup di mana-mana.
sampai pada ajalnya, bebunyian terompet
dan letusan petasan di udara—
dibarengi sorak-sorai milyaran mulut manusia;
juga ucapan selamat—mengantarnya pada kiamat,
dan ia tamat sebagai kenangan
yang pernah beralamat.

Depok, 01/12/19