28 Okt 2018

PEMUDA DAN KEBANGKITAN PERADABAN 5.0





Kita adalah tonggak-tonggak peradaban. Kita adalah api yang berkobar. Kita adalah semangat tak terkalahkan. Kita adalah pendobrak perubahan.

Kita adalah pemuda.

Hanya di tangan kita segala perubahan itu berawal. Hanya di tapak langkah kaki kita segala kebangkitan itu berpangkal. Dan hanya di kepala kita segala revolusi terbaik itu berasal. Sebab, yang mendidih di kepala kita hanyalah ide, pemikiran, dan hukum-hukum yang Allah berikan untuk diterapkan dan ditegakkan dalam kehidupan. Inilah yang kita perjuangkan.

Karena kita adalah motor penggerak bagi kebangkitan yang dijanjikan tegak.

Kita adalah pemuda.
---
Mari berkaca pada masa itu; ketika Rasulullah mengawali dakwahnya dengan memilih mengajak para pemuda ikut dalam misi besarnya—menguatkan gema Islam di Makkah juga Madinah. Melahirkan suara-suara lantang menguarkan kebenaran pada telinga-telinga orang jahiliyah, membentuk pikiran cemerlang sosok-sosok pemuda pejuang, dan semangat juang pun mengobar dalam tubuh yang kekar.

Langkah-langkah pun melesat berbekas di medan perang. Tekad menguat; mental berani mati demi kebenaran yang digenggam. Musuh-musuh pun diterjang tanpa takut tumbang. Semangat mengakar pada akidah yang benar; resiko apa pun dijelang demi kebangkitan Islam.

Merekalah pemuda-pemuda dengan didikan Islam, berakidah yang kuat dan berkepribadian yang dahsyat.
---
Sejatinya, membangun kembali peradaban yang pernah gemilang—terang menjangkau seluruh dunia—adalah merangkai kembali keping-keping yang tercecer dari keutuhan kejayaan sebelumnya. Sementara membangun peradaban Islam adalah menyusun kembali batu bata agama dan negara menjadi bangunan megah—penjaga dan pelindung umat manusia.

Dan pemuda adalah kunci pembuka bagi peradaban Islam. Sebab, pemuda memiliki potensi besar untuk bergerak dan mewujudkan kebangkitan Islam.

Kebangkitan itu adalah majunya pemikiran, yang terwakili dalam akidah aqliyah politis yang layak menjadi kaidah bagi pemikiran-pemikiran masyarakat dan menjadi sumber bagi pancaran sistemnya, serta sebagai asas bagi peradabannya. Kebangkitan hakiki hanya akan lahir dari rahim Islam. Sebab, Islam berpijak pada akidah yang kuat dan bernaung pada sistem yang hebat—yang mengatur segala aspek kehidupan, tanpa terkecuali.
---
Pemuda adalah penyangga negara yang memiliki kekuatan dan potensi besar. Sebagaimana sistem khilafah yang memiliki paradigma bahwa kesejahteraan adalah ketika kebutuhan (sandang, pangan, papan) terpenuhi.

Apa yang bisa kita lakukan hari ini? Apakah cukup berdiam diri menanti peradaban gemilang itu bangkit kembali? Sejatinya bukan tentang kapan peradaban itu bangkit kembali; tetapi tentang apa yang telah kita lakukan untuk menjemput kebangkitan peradaban itu sendiri. Karena sesungguhnya peran pemuda adalah membangun pemikiran umat dan menemukan penyelesaian dari segala permasalahan umat.
---
Mari kembali berkaca pada masa itu; ketika khilafah mampu melahirkan pemuda-pemuda terbaik sepanjang masa. Tersebutlah Muhammad Al Fatih, seorang pemuda yang sejak balig hingga meninggal, shalat rawatib dan tahajud pun tak pernah tertinggal. Pencapaian terbaiknya adalah menaklukkan Konstantinopel pada usia yang sangat muda, 21 tahun.

Selain itu, muncul nama Ibnu Sina, berjuluk “Bapak Pengobatan Modern” yang terkenal sampai ke Barat. Dan nama lain yang muncul adalah Imam Syafi’i, yang di usia tujuh tahun mampu menghafal seluruh ayat Al-Qur’an. Imam Syafi’i adalah imam besar yang dari luas keilmuannya lahirlah 174 kitab—yang dikaji dan dijadikan rujukan hingga saat ini.

Khilafah memiliki visi politik untuk menjadikan negara kuat dan terdepan—yang tidak mudah dijajah oleh musuh-musuh Islam. Khilafah memiliki langkah strategis termasuk pemberdayaan generasi muda dalam menyongsong peradaban gemilang yang dapat menghantarkan kepada penghargaan tertinggi, sebagai umat terbaik di muka bumi.

Kita adalah pemuda. Bersama, wujudkan kebangkitan Islam. Allahu Akbar!

Malang, 28/10/18

24 Okt 2018

CARA MENGHORMATI YANG BENAR DAN KEDUNGUAN YANG SEMARAK





: sebuah puisi protes terhadap pernyataan ketua umum GP Ansor
dan panglima tertinggi banser, Yaqut cholil Qoumas, tentang bendera tauhid
dan kutukan terhadap perbuatan oknum banser yang membakar bendera Ar-Royah


Kalau cara menghormati yang benar adalah dengan cara membakar;
betapa sabarnya Namrud kepada Ibrahim?

Kalau cara menghormati yang benar adalah dengan cara membakar;
betapa mukhlisnya Aswad Al-Ansi atas perlakuannya kepada Abu Muslim Al-Khaulani?

Padahal Namrud itu raja yang angkuh, sesat, ingkar, dan kufur nikmat.
Sementara Aswad Al-Ansi adalah pembohong besar, nabi palsu,
yang mendaku utusan Tuhan dari negeri Yaman.

Kalau cara menghormati yang benar adalah dengan cara membakar;
betapa terhormatnya kayu bakar, rokok, sumbu kompor, termasuk kalori
dan semangat butamu membela bendera ormasmu itu!

Logika sesat seperti ini tak perlu dilestarikan;
sebab, hanya kedunguan yang mampu menciptakan.

Untuk melihat kebenaran, cukuplah menengok hati kecilmu;
mensyukuri nikmat dengan cara menggunakan akal sehat.

Bagaimana pun, membakar bendera bertuliskan kalimat Tauhid
dengan dalih penyelamatan adalah tindakan bodoh—
hasil kolaborasi antara semangat buta dan kebencian yang menguasa.

Apalagi dianalogikan dengan kasus sobekan ayat Qur’an;
yang adabnya memang harus dibakar karena takut tercecer
dan terinjak—begitulah cara memuliakannya.

Lantas, apakah beradab jika yang dibakar itu
adalah Al-Quran yang utuh—dengan dalih memuliakannya?

Yang kau bakar itu kalimat Tauhid yang utuh; bukan sobekan!
Lantas, mengapa kau bakar ramai-ramai?
Seperti sedang merayakan kekalahan musuh bebuyutan;
Semacam ritual kemenangan suatu persaingan.

Ah, kedunguan semakin semarak hari ini;
dirayakan di hari-hari besar nasional,
dihayati di lapangan-lapangan upacara bendera,
bahkan dibagi-bagi di gedung-gedung istana negara.

Lantas, mau dibawa ke mana akal sehat dan hati nurani kita?
Semoga Allah memuliakanmu sebagaimana caramu memuliakan-Nya!

Malang, 24/10/18

18 Okt 2018

DRAMA REZIM ZALIM

Menarasikan rezim ini, barangkali butuh banyak waktu, butuh banyak tinta, dan butuh banyak lembaran kertas kosong untuk menuliskannya; saking banyaknya berita hoaks yang membangun, pencitraan yang berlebihan, dan boneka-boneka yang memerankan tokoh drama melankolia di panggung sandiwara.

Tokoh antagonisnya sesungguhnya adalah tokoh yang melabeli dirinya sendiri sebagai tokoh protagonis dalam cerita—memaksakan kehendak, berlaku sewenang-wenang.

Memerankan tokoh pemimpin yang merakyat, tetapi mencekik rakyat dengan kebijakan-kebijakan ala penjahat. Seperti adegan ketika menyusuri selokan demi selokan, dijepret ajudan dengan kamera andalan, diunggah dengan framing yang tepat dan menguntungkan. Seolah peduli dengan nasib rakyat, tetapi esok hari segala harga seketika meroket tinggi. Begitu pun angka impor beras meninggi, meresahkan petani yang peras keringat menanam padi, dan harus menuai kenyataan bahwa antara harga beras dan perjuangan menanam padi tak lagi mengimbangi.

Tak hanya itu, ada adegan yang sempat romantis dengan citra yang manis; ketika janji-janji di awal pemilihan dilafalkan dengan begitu puitis. Dan ternyata, pada akhirnya janji hanya tinggal janji. Rasa manis seketika hambar cenderung pahit meracuni hati.

Dan akibat perwatakan rezim yang dijalankan oleh boneka-boneka kapitalis birokrat yang disetir oleh Barat, hari ini negara menjadi kacau dan menimbulkan berbagai konflik yang pelik. Mulai dari pembubaran ormas Islam, persekusi ulama, pembubaran majelis-majelis ilmu, bangkitnya PKI, harga pangan melonjak, hutang negara membengkak, BBM naik, sampai bencana-bencana yang datang memakan korban dan menghancurkan berbagai insfrastruktur yang dibangga-banggakan. Ternyata, Sutradara kehidupan yang sesungguhnya murka besar atas rezim yang jauh dari keimanan dan ketaatan pada Tuhan.

Ah, memang butuh banyak waktu untuk menarasikan rezim ini atas segala kezalimannya. Tetapi, tak butuh banyak waktu untuk rakyat memilih bergerak, melawan, dan mengopinikan bahwa sistem kapitalis-demokrasi harus diganti dengan sistem Islam yang memperlakukan rakyat lebih manusiawi.

Pada akhir cerita, rakyat bersuara, bersatu bersama, bangkit dengan iman di dada, mengibarkan panji liwa’ dan royah untuk syariah dan khilafah—rakyat makmur-sejahtera—menjangkau-menaungi seluruh dunia.

Malang, 18 Oktober 2018

6 Okt 2018

5 QUOTES DAKMPAK BERBOHONG



Ilustrasi: Kathrin Honesta

Beberapa hari yang lalu sempat viral kasus #RatnaSarumpaet tentang kebohongannya bahwa dia telah dipukuli oleh beberapa orang.

Ternyata, wajahnya yang "bonyok" adalah efek dari sedot lemak bagian pipi yang dia jalani.

Berikut 5 quotes pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini. (Baiknya simak video pengakuannya terlebih dahulu di sini).