13 Agu 2018

KOPI TANPA GULA I



ketika kopiku tak lagi pahit di lidah
sebab kutambahkan beberapa sendok gula pasir ke dalamnya
kau bilang aku bukan penikmat kopi sejati—
kau kira apa aku juga seorang nokturnal yang semalaman suntuk
menulis puisi dan mencandu kopi?

ah, apapun itu!
lagi-lagi kau membuatku terpaksa melahirkan kata-kata
memilin tali-temati makna rasa yang sengaja kupendam
yang sempat terencana kelak pada suatu penggal cerita
pada akhirnya juga akan berdebam

akhirnya aku pilin juga kata-kata balasan dari kata-katamu
tentang aku yang bukan penikmat kopi sejati
kubilang, “sebab aku bukan penikmat kehidupan.
kecuali bila ada kamu, gula.” sebuah kiasan yang kemanisan

esok hari kau kirimkan pilinan kata-kata itu;
kata-kata yang mungkin kau kira dengan kata-kata itu
aku akan jatuh tersungkur tak punya muka lagi di hadapmu
dan aku malu untuk mengakui kekalahanku

ada yang harus kau tahu ternyata,
aku memang tak suka kopi tanpa gula
dan kau jungkalkan aku dengan kata-kata:
“kau tak mencerminkan seorang pemuda!”

deg! hati tersentak, jiwa menghentak
sempat kurajut beberapa kalimat pembungkam untuk kata-katamu itu:
“biar saja, karena aku bukan sebuah cermin yang selalu mampu dan mau
mengikuti apa kehendakmu dan segala tingkah laku kehidupanmu!”
tetapi setelah itu kuputuskan untuk mengurungkannya
barangkali, sebab aku tak suka kopi tanpa gula.

Malang, 13/08/18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar