Aku titip jejak pada tanah yang kupijak
Namun berharap hujan kan menghapusnya
Aku titip pesan pada angin yang kutiupkan
Namun berharap sekat kan menghalanginya
Aku titip cinta pada siapa saja yang kujumpa
Namun berharap mereka tiada amanah
Aku titip nyawa pada malaikat maut yang menjemput
Namun aku takut, berharap malaikat maut tak menyambut
Aku tahu, segala apa yang ada padaku hanyalah titipan
Namun, entah mengapa aku sulit melepaskan?
Aku sadar, menjadi ciptaan harusnya turut apa kata pencipta
Akan tetapi, entah mengapa nafsu ini menjalari?
Malang, 20/03/15
*Puisi “Titipan” dimuat di Majalah Komunikasi UM, edisi 15 Juni 2015
20 Mar 2015
1 Mar 2015
DI GARIS KHATULISTIWA AKU TERTAWAN
Di garis khatulistiwa aku tertawan
Terikat tali panjang yang membelit segala rasa
Aku terbungkam kehabisan kata melihatnya
Bagai neraka yang sudah padam dibuatnya
Siang-malam sama saja
Tidak luput dari sekecil apapun pandangan
Dari masa ke masa tetap sama
mengikat segala rasa
Ada ikatan yang mengherankan di sana
Tongkat yang tertancap sebagai tiangnya seketika berbuah
Batu-batu kerikil yang dilempar tumbuhkan rerumputan
Membuatku betah berlama-lama tertawan
Di Indonesia, surganya dunia
Malang, 2015
*Puisi “Di Garis Khatulistiwa Aku Tertawan” dimuat di Majalah Komunikasi UM, edisi 15 Juni 2015
Terikat tali panjang yang membelit segala rasa
Aku terbungkam kehabisan kata melihatnya
Bagai neraka yang sudah padam dibuatnya
Siang-malam sama saja
Tidak luput dari sekecil apapun pandangan
Dari masa ke masa tetap sama
mengikat segala rasa
Ada ikatan yang mengherankan di sana
Tongkat yang tertancap sebagai tiangnya seketika berbuah
Batu-batu kerikil yang dilempar tumbuhkan rerumputan
Membuatku betah berlama-lama tertawan
Di Indonesia, surganya dunia
Malang, 2015
*Puisi “Di Garis Khatulistiwa Aku Tertawan” dimuat di Majalah Komunikasi UM, edisi 15 Juni 2015
Langganan:
Postingan (Atom)